Penjual Kembang di Salatiga Laris Jelang Malam Satu Suro
- account_circle Bang Nur
- calendar_month Kam, 26 Jun 2025
- comment 0 komentar

SALATIGA | EksposJateng.com – Menjelang malam pergantian tahun baru Islam atau Hijriyah, suasana khas budaya Jawa terasa hidup di berbagai daerah, termasuk di Kota Salatiga. Bagi masyarakat Jawa, momen ini dikenal dengan sebutan “Malam Satu Suro”, yang disambut dengan berbagai ritual sakral penuh makna.
Malam 1 Suro dimaknai sebagai waktu yang tepat untuk menyucikan diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dalam tradisi Jawa, peringatan ini biasanya ditandai dengan ritual seperti jamasan pusaka (mensucikan benda-benda pusaka), mandi kembang, hingga mengadakan selametan bubur suro. Selain itu, masyarakat juga berdoa agar diberi kemudahan, kelancaran, rezeki, serta keselamatan sepanjang tahun.
Tradisi ini masih terjaga kuat di Salatiga. Terpantau sejak Kamis (26/6/2025), di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, warga mulai memadati para penjual kembang. Jenis bunga yang paling banyak diburu antara lain kembang setaman tujuh rupa, kembang pusaka (telon), kembang ziarah, dan bunga sedap malam.
Jaenab (98), penjual bunga di kawasan Pasar Raya 2 Salatiga, mengaku lapaknya ramai pembeli sejak siang. “Hari ini ramai pembeli, karena jelang suroan. Mulai siang lumayan ada pembeli,” katanya. Namun, ia menyebutkan bahwa jumlah pembeli tahun ini tidak sebanyak tahun sebelumnya.
Menurut Jaenab, setiap jenis bunga memiliki fungsi tersendiri. “Masyarakat banyak memburu kembang setaman tujuh rupa, digunakan siraman (mandi). Kembang telon digunakan untuk jamasan pusaka atau memandikan benda-benda pusaka. Kembang ziarah digunakan untuk ziarah ke makam. Sedangkan bunga sedap malam digunakan di dalam rumah atau di tempat adat tertentu,” jelasnya.
Salah satu pembeli, Kristi (45), warga Salatiga, mengatakan bahwa ia membeli bunga untuk mandi di Sendang Senjoyo. Menurutnya, mandi menggunakan kembang setaman adalah cara untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.
“Setelah mandi ya saya berdoa, salat malam meminta kepada Allah SWT,” ucapnya.
Tradisi menyambut malam Satu Suro dengan ritual budaya dan keagamaan seperti ini menjadi bukti kuatnya akar tradisi Jawa yang tetap hidup dan terjaga di tengah masyarakat modern.
- Penulis: Bang Nur

Saat ini belum ada komentar